Jurnal (II)


Hari ini adalah hari ke-2 di bulan November, dimana 20 hari kemudian akan tiba saatnya "mempersilakan" semua aspek untuk sekedar mengenang atau melebihkan. Kita tidak hanya akan bertanya kabar karena ada hal lain yang akan dipertanyakan ketika tubuh yang masih utuh sudah pergi melewati beberapa ruang. Bahkan ada yang berkali-kali menghampiri dan katanya masih nyaman disini.

Ya, satu tahun akan segera berlalu. Bagaimana kondisimu? Bagaimana perasaanmu? Bagaimana kabar mereka yang membelah diri dan tak kunjung menyatu? Bagaimana kabar kami bertiga yang menjadi satu? Bagaimana kegiatan kalian yang mencari sesuatu namun belum saling bertemu?

Kami akan jelaskan satu per satu.

Kenapa kamu hadir di mimpi?

Pertanyaan yang seringkali muncul setiap bangun tidur, mau tidur maupun mencoba untuk tertidur. Apa yang sudah kami konsumsi hanya sebagian kecil dari percobaan mereka yang lebih banyak dan berwarna. Bukan tentang bunga, bukan pula penghias belaka. Kita semua tahu alasannya.

Apakah urusan kita belum selesai?

Masih hadir, mampir, bertanya sambil berpikir. Kalian terlalu banyak urusan, kami yang sudah lupa dipaksa mengingatnya. Tentang perkara yang tak habis dimakan usia. Sudah berapa malam yang kau lalui? Sudah berapa alam yang kau datangi? Sudahkah kau buang permen karet yang tak lagi manis di kaki? Karena kami masih melihat kau sengaja menginjak-injak, namun pura-pura terinjak.

Kami sudah saling mencederai

Masih ingat apa yang terjadi di tanggal 15 Mei 2022? Kami ingatkan lagi dengan santai, saat itu kami jatuh tertiarap dalam ruangan penuh benda berserak di lantai. Kami tidak marah, kami pun tidak membawa amarah. Pecahan dinding yang mengelupas seperti hal lumrah, seperti halnya langkah kaki kami yang sunyi dihantam suara nafas yang terengah-engah.

Mereka belum berhenti mentertawai

Disini kami terkucilkan oleh irama yang keluar dari Sang Periang, awal munculnya di sudut ruang, kemudian dia berlari cepat dari lorong rumah. Sempat bersembunyi di dalam gang, masuk ke rumah orang. Semua yang terjadi saat itu kondisinya seakan-akan makhluk lain pun setuju merencanakan pembunuhan dan mentertawakan kami ketika sudah kewalahan. Katanya; "Rasakan."


***


Jurnal (I)


Komentar