Pemulihan
Berjalan dengan kaki telanjang diatas kerikil, amat berhati-hati. Menikmati perasaan dag-dig-dug karena takut terkilir atau tertusuk oleh benda kecil. Tapi katanya hal itu bisa memperlancar peredaran darah sembari tekun menanam malu. Sejuk dan tenang, melampiaskan syukur atas berfungsinya indera peraba dan perasa.
Tiba-tiba tubuhku terbelah?
***
Sayangnya tidak ada apa-apa disini, hanya salah satu fragmen cerita yang ditulis ketika pemulihan selama kurang lebih 14 hari. Bosan bicara vitamin akhirnya mencari pelampiasan, korbannya adalah beberapa lembar kertas di buku catatan.
Covid-19 ternyata lebih semu dari taksa atau ambigu, mereka dengan seenaknya melumpuhkan beberapa nikmat yang kadang kita saja lupa. Nah, mungkin dengan bercerita tentang liarnya hasrat dan senyum kecil hasil angan-angan akan membuat tubuh ini lebih utuh. Nanti bentuknya bukan lagi cerita pendek, tetapi akan menjadi cerita panjang dan lengkap dengan dialek.
Sudah pasti tak akan jadi masalah karena buku hanyalah lembar kertas yang berjilid. Sedangkan aku adalah asal mula, yang akrab dengan rumput, yang mengenali jerami dan yang berhubungan intim dengan kayu.
Bukan mengenai sakit atau penyakit, toh kita akan dihidupkan lagi nanti dengan yang lebih kongkrit.
(2021, kami di bulan Juli)
Komentar
Posting Komentar